Essay

MEMBURU BURUH NUKLIR
Oleh    : Fatimatuz Zahroh


            Ketahanan energy listrik di Indonesia dimasa yang begitu berkembang pesatnya bidang teknologi ini sungguhlah membutuhkan suplai yang sangat besar. Walaupun PLTN bukan satu-satunya opsi penyuplai energy listrik di Indonesia, namun bersama dengan energy terbarukan lainnya PLTN mampu menopang kebutuhan energy listrik di Indonesia.
            Mengingat setengah abad sudah reactor nuklir beroperasi di negara kita tercinta ini, tentunya bisa dipastikan bahwa begitu diperhatikan mulai dari pengoperasian hingga keselamatan kerja para teknisi reactor nuklir. Namun pertanyaan yang kemudian muncul adalah sudah siapkah kita? begitu banyak hal yang harus dipersiapkan. Karena jika dibandingkan, reactor PLTN sangatlah berbeda dengan reactor riset yang telah lama beroperasi di Indonesia.
            Kesiapan dari segi ketenaga kerjaan lah yang lebih urgent dari pembngunan sebuah PLTN. Karena reactor PLTN lebih komplek sehingga dibutuhkan tenaga kerja maupun teknisi yang professional. Profesional disini diartikan baahwa adanya pengalaman dibidang pengoperasian reactor. sehingga bisa dikatakan bahwa tenaga kerja PLTN hanya bisa diisi oleh orang tertentu yang berkompeten dibidangnya.
            Langkah konkrit yang dilakukan oleh pemerintah sesuai dengan Keppres No. 34 Tahun 1972 tentang tanggung jawab fungsional pendidikan dan latihan yang penyelenggaranya ada 3 badan yaitu instansi pemerintah, perusahaan dan swasta, adalah dengan menyiapkan generasi penerus melalui pendidikan kenukliran yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah non-departemen yaitu BATAN atau Badan Tenaga Nuklir Nasional yang berperan sebagai penyedia SDM Iptek Nuklir yang profesional. namun tidak ada jaminan ketika seseorang telah selesai mengenyam pendidikan kenukliran akan menjadi tenaga kerja maupun teknisi PLTN. Ini dikarenakan PLTN tak kunjung dibangun di Indonesia. Dr. Djarot S. Wisnubroto selaku Kepala BATAN dalam harian Liputan6.com menyatakan bahwa sekurang-kurangnya ada 2800 orang yang sekarang aktif menjadi pekerja di BATAN. Jumlah yang yang tak sedikit untuk pengoperasian 3 reaktor riset di Indonesia.
            Namun dengan jumlah tersebut tidaklah cukup jika rencana pembangunan 4 reaktor PLTN di Indonesia benar terealisasikan. Sehingga dibutuhkan lebih banyak tenaga kerja maupun teknisi yang ahli dibidang nuklir. Ini juga menjadi solusi didirikannya pendidikan kenukliran yang bertujuan untuk regenerasi tenaga kerja / teknisi PLTN yang telah disiapkan sejak lama.

            Pada kenyataannya pembangunan PLTN di Indonesia hanya sebuah mimpi belaka. Terlihat pada perncanaan pembangunan PLTN sejak 1985 hingga sekarang keputusan pembangunan dari pemerintah tak kunjung datang dengan alasan pertimbangan dari berbagai segi pandang. Denag demikian SDM Iptek nuklir professional yang dicetak oleh pendidikan kenukliran hanya gigit jari jika PLTN di Indonesia hanya sebatas mimpi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

INSOMNIA

Senyum